Minggu, 17 Juni 2012

Cara Mengembangkan Kognitif Anak


PENGEMBANGAN KOGNITIF
Vygotsky mengemukakan bahwa manusia dilahirkan dengan seperangkat fungsi kognitif dasar yakni kemampuan memperhatikan, mengamati dan mengingat (Dworetsky, 1990). Kebudayaan akan mentransformasikan kemampuan tersebut dalam bentuk fungsi kognitif yang lebih tinggi terutama dengan cara mengadakan hubungan bermasyarakat dan melalui proses pembelajaran serta penggunaan bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Guilford (Hildebrand, dalam Moeslihaton, 1999) untuk membantu pengembangan kognitif, anak perlu dibekali dengan pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan mendengarkan dengan tepat.
Berikut ini adalah macam-macam metode yang dapat digunakan untuk pengembangan kognitif anak.
1.    Bermain
Bermain merupakan bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat nonserius, lentur dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan yang secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa. Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak. Frank dan Theresa Caplan (Hildebrand, 1987: 55-56) mengemukakan ada enam belas nilai bermain bai anak.
1)    Bermain membantu pertumbuhan anak.
2)    Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela.
3)    Bermain memberi  kebebasan anak untuk bertindak.
4)    Bermain member kan dunia khayal yang dapat dikuasai.
5)    Bermain mempunyai unsur berpetualang di dalamnya.
6)    Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa.
7)    Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antarpribadi.
8)    Bermain memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik.
9)    Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian.
10) Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu.
11) Bermain merupakan cara anak untuk mempelajari peran orang dewasa.
12) Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar.
13) Bermain menjernihkan pertimbangan anak.
14) Bermain dapat distruktur secara akademis.
15) Bermain merupakan kekuatan hidup.
16) Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia.
Oleh karena itu, begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bias diabaikan. Bagi anak, belajar adalah bermain dan bermain sambil belajar (Moeslihatoen, 1999)
2.    Pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak melakasanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung dari guru., apa yang harus dikerjakan, sehingga anak dapat memahami tugasnya secara nyata agar dapat dilaksanakan secara tuntas. Metode pemberian tugas dapat diberikan secara kelompok atau perorangan.
Untuk mengemban tugas kemampuan mengingat, maka guru dapat memberikan tugas menghafal doa atau syair. Keterampilan menghafal syair dimulai dari bait demi bait, diulang berulang berkali-kali sehingga anak hafal keseluruhan syair, demikian pula dengan menghafal doa-doa.
3.    Demonstrasi
Adalah cara memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa. Metode demonstrasi dapat digunakan untuk member ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak dan dapat membantu meningkatkan daya piker anak terutama daya piker dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen dan berpikir evaluatif.
4.    Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode dengan cara Tanya jawab, guru member pertanyaan terbuka, sehingga anak dapat menjawab beberapa kemungkinan, berdasarkan pengalaman anak, guru harus berusaha agar anak aktif member jawaban atau keterangan, buka guru yang aktif member keterangan. Selain itu metode ini mengandung manfaat belajar yaitu mewujudkan kemampuan berbahasa secara reseptif dan ekspresif.
5.    Mengucapkan syair
Metode mengucapkan syair adalah suatu cara menyampaikan sesuatu melalui syair yang menarik, yang dibuat guru untuk sesuatu agar dapat dipahami anak.
6.    Percobaan/eksperimen
Adalah suatu cara anak melakukan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya, guru sebagai fasilitator, alat untuk berbagai percobaan sudah dipersiapkan guru. Melalui metode ini anak dapat menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya.
7.    Bercerita
Adalah cara menyampaikan sesuatu dengan bertutur atau memberikan penerangan/penjelasan secara lisan melalui cerita. Guru bukan member ceramah pada anak. Cerita itu harus menarik, dengan tujuan yang ingin dicapai, dengan gerak-gerak yang wajar dan intonasi yang bervariasi. Anak diberi kesempatan untuk bertanya memberikan tanggapan atau kesimpulan.
8.    Karyawisata
Yaitu kunjungan secara langsung ke objek-objek di sekitar anak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru menjelaskan sesuatu dengan benda/objeknya, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memeprhatikan, meneliti objek, diharapkan  melalui metode ini anak menemukan pengalaman baru berdasarkan pengamatan langsung.
9.    Dramatisasi
Metode demokrasi adalah cara memahami sesuatu melalui peran-peran yang dilakukan oleh tokoh atau benda-benda di sekitar anak, sehingga anak dapat memahami sesuatu sambil berimajinasi. Anak memerankan tokoh sesuai dengan pilihannya berdasarkan minat. Sebagai contoh akan diilustrasikan pada penerapannya di dalam kelas.
Sumber:
Yuliani Nurani Sujiono, dkk. 2008. Metode Pengembangan kognitif. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka

Kompetensi Pendidik PAUD


KOMPETENSI PENDIDIK PAUD
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Pasal 40 Ayat 2, dinyatakan bahwa kewajiban pendidik adalah: (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis; (2) mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (3) member teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Agar dapat melaksanakan kewajibannya tersebut, maka pendidik harus memiliki sejumlah kompetensi. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini meliputi: kompetensi pedagogis, kompetensi kperibadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial (Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar Nasional Pendidikan Bab VI).
1.    Kompetensi pedagogis, mencakup kemampuan untuk dapat:
a)    Memahami karakteristik, kebutuhan dan perkembangan peserta didik.
b)    Menguasai konsep dan prinsip pendidikan.
c)    Menguasai konsep, prinsip dan prosedur pengembangan kurikulum.
d)    Menguasai teori, prinsip dan strategi pembelajaran.
e)    Menciptakan situasi pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta member ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian.
f)     Menguasai konsep, prinsip, prosedur dan strategi bimbingan belajar peserta didik.
g)    Menguasai media pembelajaran termasuk teknologi komunikasi dan informasi.
h)    Menguasai prinsip, alat dan prosedur penilaian proses dan hasil belajar.
2.    Kompetensi kepribadian, mencakup kemampuan untuk dapat:
a)    Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, mantap, stabil, dewasa, berwibawa serta arif dan bijaksana.
b)    Berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat sekitar.
c)    Memiliki jiwa, sikap dan perilaku demokratis.
d)    Memiliki sikap dan komitmen terhadap profesi serta menjunjung kode etik pendidik.
3.    Kompetensi sosial, mencakup kemampuan untuk dapat:
a)    Bersikap terbuka, objektif dan tidak diskriminatif.
b)    Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan santun dengan peserta didik.
c)    Berkomunikasi dan bergaul secara kolegial dan santun dengan sesame tutor dan tenaga kependidikan.
d)    Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan oran tua/wali peserta didik serta masyarakat sekitar.
e)    Beradaptasi dengan kondisi sosial budaya setempat.
f)     Bekerja sama secara efektif dengan peserta didik, sesame tutor dan tenaga kependidikan dan masyarakat sekitar.
4.    Kompetensi profesional, mencakup kemampuan untuk dapat:
a)    Menguasai substansi aspek-aspek perkembangan.
b)    Menguasai konsep dan teori perkembangan anak yang menaungi bidang-bidang pengembangan.
c)    Mengintegrasikan berbagai bidang pengembangan.
d)    Mengaitkan bidang pengembangan dengan kehidupan sehari-hari.
e)    Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi utuk pengembangan diri dan profesi.
Sumber: Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks

Peran Guru AUD


PERAN GURU ANAK USIA DINI


Menurut Rogers dalam Catron dan Allen (1999:58), keberhasilan guru yang sebenarnya menekankan pada tiga kualitas dan sikap yang utama, yaitu: (1) guru yang memberikan fasilitas untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya, (2) membuat suatu pelajaran menjadi berharga dengan menerima perasaan anak-anak dan kepribadian dan percaya bahwa yang lain dasarnya layak dipercaya membantu menciptakan suasana selama belajar dan (3) mengembangkan pemahaman empati bagi guru yang peka/sensitif untuk mengenai perasaan anak-anak di dunia.
Mengutip pendapat Catron dan Allen (1999:59) peran guru anak usia dini lebih sebagai mentor atau fasilitator dan bukan penstransfer ilmu pengetahuan semata, karena ilmu tidak dapat ditransfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan anak itu sendiri. Dalam proses pembelajaran, tekanan harus diletakkan pada pemikiran guru. Oleh karenanya, penting bagi guru untuk dapat: mengerti cara berpikir anak, mengembangkan dan menghargai pengalaman anak, memahami bagaimana anak mengatasi suatu persoalan, menyediakan dan memberikan materi sesuai dengantaraf perkembangan kognitif anak agar lebih berhasil membantu anak berpikir dan membentuk pengetahuan, menggunakan berbagai metode belajar yang bervariasi yang memungkinkan anak aktif mengkonstruksi pengetahuan.
Peran dari guru kelas boleh jadi bagian yang paling penting dari rencana pelajaran yang tak terlihat. Kekritisan dalam menentukan keefektifan dan kualitas dari perawatan dan pendidikan untuk anak kecil. Guru mungkin merupakan faktor yang paling penting dalam mendidik dan berpengalaman merawat anak.
Guru yang baik untuk anak-anak memiliki banyak sifat dan cirri khas, yaitu: kehangatan hati, kepekaan, mudah beradaptasi, jujur, ketulusan hati, sifat yang bersahaja, sifat yang menghibur, menerima perbedaan individu, mampu mendukung pertumbuhan tanpa terlalu melindungi, badan yang sehat dan kuat, ketegaran hidup, perasaan kasihan/keharuan, menerima diri, emosi yang stabil, percaya diri, mampu untuk terus-menerus berprsetasi dan dapat belajar dari pengalaman (Hymes, Read & Patterson, Yardley dalam Catron dan Allen, 1999:59). Selanjutnya dipaparkan bahwa secara terperinci peran guru anak usia dini, diantaranya:
a.    Peran guru dalam berinteraksi
Guru anak usia dini akan sering berinteraksi dengan anak dalam berbagai bentuk perhatian, baik interaksi lisan maupun perbuatan. Guru harus berinisiatif memvariasikan interaksi lisan, seperti dalam memberikan perintah dan bercakap-cakap dengan anak. Atau yang bersifat interaksi nonverbal yang tepat seperti member senyuman, sentuhan, pelukan, memegang dengan mengadakan kontak mata dan berlutut atau duduk setingkat dengan anak sehingga membawa kehangatan dan rasa hormat.
b.    Peran guru dalam pengasuhan
Pendidik anak usia dini menganjurkan untuk mengasuh dengan sentuhan dan kasih sayang. Pengasuhan saling memengaruhi seperti pelukan, getaran, cara mengemong dan menggendong adalah untuk kebutuhan perkembangan fisik dan psikologis anak. Kontak fisik melalui bermain, memberikan perhatian dan pengajaran adalah penting dalam mendorong perkembangan fisik, kecerdasan emosionil  dan kasih sayang untuk guru.
Memelihara interaksi membantu anak memngembangkan gambaran diri positif dan konsep diri seperti pengalaman hormat mereka dan ikut sertanya kontak fisik dengan guru. Memebrikan perhatian dengan penuh kasih sayang dan menambah sentuhan keduanya yaitu perkembangan emosi dan kognitif.
c.    Peran guru  dalam mengatur tekanan/stress
Guru membantu anak untuk belajar mengatur tekanan akan menciptakan permainan dan mempelajari lingkungan yang aman pengelolaan tekanan dan dapat mengatasi kemampuan membantu perkembangan. Guru juga akan memberikan anak keterangan perkembangan yang tepat tentang peristiwa tekanan, memberikan penentraman hati lagi secara fisik dna mendorong anak untuk menjawab pertanyaan, mengutarakan perasaan dan membicarakan pandangan mereka sendiri.
d.    Peran guru dalam memberikan fasilitasi
Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk bermain imajinatif, mengekspresikan diri, menemukan masalah, menyelidiki jalan alternative dan menemukan penemuan baru untuk mempertinggi perkembangan kreativitas. Untuk itu guru perlu memfasilitasi dengan memberikan berbagai kegiatan dan lingkungan belajar yang fleksibel serta berbagai sumber belajar. Kesempatan yang diberikan dapat mendorong timbulnya ekspresi diri anak. Guru dapat memberikan dorongan pada anak untuk memilih aktivitasnya sendiri, menemukan berbagai hal alternative dan untuk menciptakan objek atau ide baru yang memudahkan perkembangan kemampuan berpikir berbeda dan penanganan masalah yang orisinil.
e.    Peran guru dalam perencanaan
Para guru perlu merencanakan kebutuhan anak-anak untuk aktivitas mereka, perhatian, stimulus da kesuksesan memlalui keseimbangan dan kesatupaduan di dalam kelas dan melalui implementasi desain kegiatan yang terencana. Guru juga merencanakan kegiatan rutin beserta peralihannya. Anak-anak harus dapat berpindah secara efektif dari satu area ke area yang lain secara aman, tidak terburu-bur di dalam kelompok maupun individual, sampai mereka telah siap. Guru dapat mempersiapkan aktivitas dan menciptakan suasana yang dapat menstimulasi anak dan membantu mereka memilih aktivitas atau mainan yang tepat. Guru juga harus fleksibel dan dalam menggunakan aktivitas alternative tergantung pada perubahan kondisi, perbedaan ketertarikan pada anak dna situasi yang luar biasa.
f.     Peran guru dalam pengayaan
Aspek lain dari peranan guru adalah memperkaya lingkungan belajar anak. Guru harus menyediakan kesempatan belajar pada anak pada perkembangan yang tepat, “bagaimana anak belajar dapat mencerminkan  guru mengajar”. Asosiasi nasional pendidikan anak (NAEYC, 1986:23-24) menyarankan penggunaan perkembangan strategi mengajar yang tepat, yaitu: (1) Guru menyiapkan lingkungan belajar untuk anak yang meliputi eksplorasi aktif dan interaksi dengan orang dewasa, anak-anak lain dan dengan benda-benda , (2) Anak-anak memilih sendiri aktivitas mereka dari berbagai macam area belajar yang disediakan oleh guru , meliputi bermain peran, balok, sains, matematika, permainan puzzle, membaca, mencatat, seni dan music, (3) Anak-anak diharapkan menjadi aktif secara fisik dan mental. Anak-anak memilih diantara kegiatan yang telah dirancang oleh guru atau dari inisiatif anak secara spontan, (4) Anak-anak bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil atau kelompok informal dalam waktu yang lebih banyak, (5) Anak-anak disediakan aktivitas belajar secara konkret dengan barang-barang dan orang-orang yang sesuai untuk pengalaman hidup mereka, (6) Guru bergerak diantara kelompok-kelompok dan individu untuk memudahkan keterlibatan anak dengan barang-barang dan aktivitas-aktivitas mereka dengan bertanya, memberikan saran atau menambahkan barang-barang yang lebih kompleks atau ide-ide untuk suatu situasi, (7) Guru menerima bahwa ada lebih dari satu jawaban yang benar. Guru mengakui bahwa anak-anak belajar dari pemecahan masalah dirinya secara langsung dalam pengalaman-pengalamannya.
g.    Peran guru dalam menangani masalah
Guru sebagai penangan masalah menggunakan proses yang meliputi perolehan informasi, mempertimbangkan jalan alternatif, mengevaluasi hasil dan mempergunakan pengaruh bolak-balik untuk program yang terus-menerus. Para guru yang mengetahui kebutuhan individual anak-anak, ketertarikan anak-anak, rasa takut dan frustasi dan yang memiliki pertimbangan keputusan yang bagus tentang kejadian-kejadian di dalam kelas dapat memperkirakan situasi masalah secara efektif.
h.    Peran guru dalam pembelajaran
Akhirnya, guru terbaik bagi anak usia dini melakukan dan mengembangkan pelajaran yang berkelanjutan. Guru harus menyadari bahwa awal mula pengalaman pendidikan memberikan pondasi untuk menjadi guru yang peduli dan berkompeten. Guru yang melaksanakan reflektif menggambarkan mengajar sebagai suatu perjalanan-perjalanan yang meningkatkan pengeertian diri, sementara itu juga meningkatkan sensitivitas dan pengetahuan terbaik tentang anak bagaimana menfasilitasi belajar. Guru harus mengerti bahwa saat mereka mengajar mereka juga diajarkan; saat mereka membantu orang lain untuk berkembang, mereka juga membuat diri mereka sendiri berubah.
i.      Peran guru dalam bimbingan dan pemeliharaan
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh guru atau petugas lainnya kepada anak didik dalam rangka memperhatikan kemungkinan adanya hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak didik dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal; sedangkan pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk memengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak dengan cara tertentu untuk mencapai hasil tertentu. Peristilahan sejenis lainnya dengan pemeliharaan adalah: melatih, menjaga, membatu, melindungi dan memantau.
Adapun fungsi bimbingan dan pemeliharaan bagi anak usia dini adalah: (1) Fungsi pemahaman, yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan pemahaman pada anak tentang diri sendiri, lingkungannya dan cara menyesuaikan dan pengembangan diri; (2) Fungsi pencegahan, yaitu bimbingan yang menghasilkan tercegahnya anak didik dari berbagai permasalahan yang dapat menggangu, menghambat atau menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangannya; (3) Fungsi perbaikan, yaitu bimbingan yang akan menghasilkan terpecahkannya berbagai permasalahan yang dialami oleh anak didik; (4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu bimbingan yang menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Sumber: Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks

Pentingnya Bermain Bagi AUD


FUNGSI BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI


Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa. Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan seorang anak.
Eheart dan Leavitt dalam Stone (www.nnc.org) mengatakan bahwa kegiatan bermain dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak saja pada potensi fisik tetapi juga pada perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreativitas dan pada akhirnya prestasi akademik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wolfang dan Wolfang (1992;32-37) berpendapat bahwa terdapat sejumlah nilai-nilai bermain (the value of play), yaitu bermain dapat mengembangkan keterampilan sosial, emosional dan kognitif. Dalam kegiatan bermain terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak terhadap perkembangannya sehingga dapat diidentifikasi bahwa fungsi bermain, antara lain:
1.    Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya.
2.    Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain (empati).
3.    Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain anak seringkali melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai wujud rasa keingintahuannya.
4.    Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan dan berlatihperan sosial sehingga anak menyadari kemampuan serta kelebihannya.
Agar fungsi bermain dapat terlaksana dengan baik, Jefree, McConkey dan Hewson (1984:15-18) berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak yang perlu dipahami oleh stimulator sebagai berikut:
1.    Bermain dating dari dalam diri anak, artinya keinginan bermain harus muncul dari dalam diri anak sehingga anak dapat menikmati dan bermain  sesuai dengan caranya sendiri. Itu artinya bermain dilakukan dengan kesukarelaan, bukan paksaan.
2.    Bermain harus terbebas dari aturan yang mengikat karena bermain adalah suatu kegiatan untuk dinikmati, anak memiliki cara bermainnya sendiri. Oleh karena itulah bermain pada anak selalu menyenangkan, mengasyikkan dan mengairahkan.
3.    Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya, oleh karenanya bermain melibatkan partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental, seperti saat anak bereksplorasi dengan bermain air.
4.    Bermain focus pada proses daripada hasil artinya dalam bermain anak mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan keterampilan baru.
5.    Bermain didominasi oleh pemain dimana pemainnya adalah anak itu sendiri, bukan didominasi oleh orang dewasa.
6.    Bermain melibatkan pemain secara aktif, artinya anak sebagai pemain harus terjun langsung dalam bermain. Jika anak pasif dalam bermain maka ia tidak akan memperoleh pengalaman baru karena bagi anak bermain adalah bekerja untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.

Sumber:
Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks.