FUNGSI
BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI
Bermain
bagi anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang
dewasa. Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
seorang anak.
Eheart
dan Leavitt dalam Stone (www.nnc.org) mengatakan bahwa kegiatan bermain
dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak saja pada potensi fisik
tetapi juga pada perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreativitas dan
pada akhirnya prestasi akademik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wolfang dan
Wolfang (1992;32-37) berpendapat bahwa terdapat sejumlah nilai-nilai bermain (the value of play), yaitu bermain dapat
mengembangkan keterampilan sosial, emosional dan kognitif. Dalam kegiatan
bermain terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak terhadap
perkembangannya sehingga dapat diidentifikasi bahwa fungsi bermain, antara
lain:
1.
Dapat
memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih
motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan karena ketika bermain fisik anak
juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya.
2.
Dapat
mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain,
kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat bermain anak sering
bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang atau karakter orang lain. Anak
juga belajar melihat dari sisi orang lain (empati).
3.
Dapat
mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain anak seringkali
melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya
sebagai wujud rasa keingintahuannya.
4.
Dapat
mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri karena melalui bermain
anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan dan
berlatihperan sosial sehingga anak menyadari kemampuan serta kelebihannya.
Agar
fungsi bermain dapat terlaksana dengan baik, Jefree, McConkey dan Hewson
(1984:15-18) berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan bermain
pada anak yang perlu dipahami oleh stimulator sebagai berikut:
1.
Bermain
dating dari dalam diri anak, artinya keinginan bermain harus muncul dari dalam
diri anak sehingga anak dapat menikmati dan bermain sesuai dengan caranya sendiri. Itu artinya
bermain dilakukan dengan kesukarelaan, bukan paksaan.
2.
Bermain
harus terbebas dari aturan yang mengikat karena bermain adalah suatu kegiatan
untuk dinikmati, anak memiliki cara bermainnya sendiri. Oleh karena itulah
bermain pada anak selalu menyenangkan, mengasyikkan dan mengairahkan.
3.
Bermain
adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya, oleh karenanya bermain melibatkan
partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental, seperti saat anak
bereksplorasi dengan bermain air.
4.
Bermain
focus pada proses daripada hasil artinya dalam bermain anak mengenal dan
mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan keterampilan baru.
5.
Bermain
didominasi oleh pemain dimana pemainnya adalah anak itu sendiri, bukan
didominasi oleh orang dewasa.
6.
Bermain
melibatkan pemain secara aktif, artinya anak sebagai pemain harus terjun
langsung dalam bermain. Jika anak pasif dalam bermain maka ia tidak akan
memperoleh pengalaman baru karena bagi anak bermain adalah bekerja untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.
Sumber:
Yuliani
Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono. 2010. Bermain
Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar